Sahabat.com - PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) merekomendasikan lima saham untuk perdagangan pada pekan ini, yakni Buy on Breakout BMRI, Buy on Breakout BRPT, Buy on Breakout UNVR, Buy TPIA, dan Buy on Pullback PTPP.
Sehubungan dengan rekomendasi itu, Community Lead IPOT Angga Septianus menuturkan ada tiga sentimen yang wajib diperhatikan para trader pekan ini, yakni PMI Manufaktur China, harga komoditas dan peluncuran Bursa Karbon.
"Sektor manufaktur China disinyalir mulai mengalami peningkatan di tengah banyaknya stimulus yang digelontorkan. Hal ini merupakan upaya China membangkitkan ekonominya yang tengah lesu akibat skandal properti Evergrande," kata Angga dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Angga menuturkan harga komoditas terutama minyak, imbuh Angga, berpotensi menuju ke harga 100 dolar AS per barel setelah berhasil bertahan di atas level 90 dolar AS per barel. Rusia untuk sementara waktu melarang ekspor bensin dan solar ke semua negara di luar negara bekas Uni Soviet memanaskan harga minyak.
Sentimen menarik lainnya pada pekan ini yakni terkait peluncuran Bursa Karbon, di mana pada 26 September 2023 PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan meluncurkan bursa karbon sekaligus memulai perdagangan perdana.
"BEI telah menyiapkan rancangan dan rencana perdagangan karbon, serta menerbitkan empat peraturan. Ini akan menjadi sentimen positif untuk market," tuturnya.
Bersamaan dengan perkembangan sektor energi terbarukan dan proyek lingkungan lainnya, pasar karbon memiliki potensi untuk menghasilkan peluang ekonomi yang inovatif.
"Pasar karbon dapat memengaruhi pembukaan lapangan pekerjaan tambahan dalam industri yang menitikberatkan pada pengurangan emisi," ujarnya.
Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi penutupan pada Jumat pekan lalu menguat di level 7.016, naik 34 poin atau 0,49 persen.
Angga menuturkan penguatan pekan lalu ditopang dua sektor yang jadi top gainers yakni IDX Non Cyclic yang naik 1,48 persen dan IDX Infrastructure yang naik 1,31 persen.
Ia menambahkan IHSG belum bisa melaju kencang pada pekan lalu karena terpengaruh sektor yang melemah dengan dua top losersnya yakni sektor IDX Techno yang melemah -1,7 persen dan IDX Cyclic -1,47 persen.
Laju IHSG yang belum maksimal di pekan lalu terpengaruh tiga sentimen yakni suku bunga The Fed yang Ditahan, suku bunga Bank Indonesia (BI) yang tetap 5,75 persen dan anggaran infrastruktur APBN.
Terkait sentimen suku bunga, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,5 persen sesuai ekspektasi pasar.
Sementara itu, BI mempertahankan suku bunga acuan di 5,75 persen untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran tiga plus minus satu persen pada sisa 2023 dan turun menjadi 2,5 plus minus satu persen pada 2024.
Adapun sentimen terkait anggaran infrastruktur APBN, belanja infrastruktur meningkat pada rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2024 menjadi sebesar Rp422,7 triliun. Jumlah tersebut naik 5,8 persen dari outlook APBN 2023 yang senilai Rp399,6 triliun.(Ant)
0 Komentar
IHSG Bersinar ke 7.297, Rupiah Perkasa Rp15.594 per Dolar AS
IHSG Ditutup Melemah Dipimpin Sektor Transportasi & Logistik
IHSG Menguat Seiring The Fed Tahan Suku Bunga Acuan
IHSG Menguat Jelang Rilis Suku Bunga Bank Sentral AS
IHSG Ditutup Menguat di Tengah Pasar 'Wait and See' FOMC The Fed
IHSG Awal Pekan Berpeluang Volatile Jelang Rilis Inflasi Domestik
Rupiah Lesu Lagi Rp15.826 per Dolar AS, IHSG Redup ke Level 7.178 pada Kamis (25/1/2024)
IHSG Akhir Pekan Ditutup Melemah Jelang Debat Cawapres
IHSG Perkasa di Level 7.252, Rupiah Tangguh Rp15.623 per Dolar AS pada Kamis (18/1/2024)
IHSG Diprediksi Volatile Seiring Keputusan Suku Bunga Bank Indonesia
IHSG Ditutup Menguat di Tengah Pelemahan Bursa Kawasan Asia
Leave a comment