Saham China & Hong Kong Jatuh, Ketakutan Penularan SVB Berlarut-larut

14 Maret 2023 09:20
Penulis: Habieb Febriansyah, bisnis
Ilustrasi - Seorang pria yang mengenakan masker terlihat di dalam gedung Bursa Efek Shanghai, China. ANTARA/REUTERS/Aly Song/aa.

Sahabat.com - Bursa saham China dan Hong Kong berakhir jatuh ke level terendah dalam lebih dari dua bulan pada Selasa, karena kekhawatiran tentang penularan dari keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) masih berlarut-larut.

Indeks saham-saham unggulan atau blue-chips China CSI 300 ditutup merosot 0,6 persen, setelah menyentuh level terendah sejak awal Januari. Indeks Komposit Shanghai berakhir dengan kehilangan 0,7 persen.

Indeks acuan Hang Seng Hong Kong dan indeks China Enterprises keduanya tergelincir masing-masing 2,3 persen.

Saham perbankan jatuh di China dan Hong Kong, karena kekhawatiran krisis perbankan AS merobohkan pasar Asia meskipun ada langkah Washington untuk menopang kepercayaan setelah runtuhnya Silicon Valley Bank. Indeks Perbankan S&P merosot 7,0 persen semalam.

Saham sektor keuangan China jatuh 1,1 persen dan saham bank turun 0,6 persen.

Di Hong Kong, sub indeks keuangan Hang Seng anjlok 3,0 persen, dengan HSBC Holdings terpangkas 4,7 persen dan AIA Group Ltd kehilangan 4,4 persen.

Pelaku pasar juga mencerna berita bahwa Presiden China Xi Jinping berencana melakukan perjalanan ke Rusia untuk bertemu dengan Vladimir Putin paling cepat minggu depan.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Senin (13/3/2023) setelah mengungkap kesepakatan kapal selam untuk melawan China bahwa dia berharap untuk segera berbicara dengan Xi, tetapi tidak mengatakan kapan.

Raksasa teknologi yang tercatat di Hong Kong kehilangan 2,6 persen, dengan Alibaba Group Holding Ltd jatuh 3,9 persen dan Meituan turun 2,8 persen.

Saham pariwisata China, saham maskapai dan operator hotel turun, bahkan setelah berita bahwa China akan membuka kembali perbatasannya untuk turis asing dengan mengembalikan penerbitan semua jenis visa mulai Rabu (15/3/2023).

Pertumbuhan China akan tetap sedikit karena ekonomi berada dalam proses "perlambatan struktural", kata Alicia Garcia Herrero, kepala ekonom Asia Pasifik di Natixis.(Ant)

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment