Peningkatan Literasi Keuangan Hindari Masyarakat dari Jerat Produk dan Jasa Keuangan Nakal

14 Agustus 2023 01:50
Penulis: Adiantoro, bisnis
Ilustrasi. Literasi keuangan penting untuk menghindari masyarakat dari jerat produk dan jasa keuangan nakal. (stevepb/pixabay.com)

Sahabat.com - Anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati mengingatkan urgensi peningkatan kualitas literasi keuangan, khususnya terkait dengan pengelolaan keuangan, tabungan, dan investasi yang langsung berkaitan dengan masyarakat. 

Hal ini disampaikannya saat menghadiri kegiatan penyuluhan jasa keuangan yang dihadiri oleh 120 pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) se-Jakarta Timur, pada Sabtu (12/8/2023).

"Minimnya literasi inilah yang banyak mengakibatkan masyarakat terjerat kasus pinjaman online (pinjol). Maka penyuluhan dengan menghadirkan narasumber yang ahli di bidangnya menjadi penting, agar dapat memberikan penjelasan secara gamblang dan masyarakat bisa memahami dengan lebih baik," ujar Anis dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, seperti dilansir dari laman dpr.go.id, Senin (14/8/2023).

Dalam acara yang mengusung tema 'Urgensi Literasi dan Inklusi Keuangan' itu, Anis menekankan dengan adanya upaya-upaya seperti penyuluhan di bidang literasi keuangan maka berpotensi meningkatkan jumlah pengguna produk dan jasa keuangan bagi lembaga-lembaga legal.

"Hal tersebut (penguatan literasi keuangan) akan meningkatkan jumlah pengguna produk dan layanan jasa keuangan yang benar melalui lembaga legal, sehingga masyarakat terhindar dari akses keuangan illegal," jelas Wakil Ketua Badan Akuntabilitas Negara (BAKN) DPR RI itu.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu tak lupa menyisipkan data-data dalam sambutannya. Anis menyampaikan jika merujuk hasil Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) 2022, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia berada pada angka 49,68 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibanding indeks tahun 2019 yang hanya 38,03 persen.

Masih dari sumber yang sama, indeks inklusi keuangan tahun ini berhasil mencapai 85,10 persen dan meningkat dibanding periode SNLIK sebelumnya di tahun 2019 yaitu 76,19 persen. 

Menurut Anis, hal tersebut menunjukkan semakin menurunnya celah antara tingkat literasi dan tingkat inklusi yaitu dari 38,16 persen pada 2019 menjadi 35,42 persen pada 2022. 

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment