Sahabat.com - Kantor Penelitian Makroekonomi ASEAN+3 atau ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi ASEAN+3 pada 2023 menjadi 4,3 persen dari proyeksi sebelumnya 4,6 persen pada Juli 2023.
"Kawasan ASEAN+3 diperkirakan tumbuh sebesar 4,3 persen tahun ini, turun dari proyeksi bulan Juli 4,6 persen, terutama disebabkan oleh pertumbuhan China yang lebih lemah dari perkiraan pada kuartal kedua," kata Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor dalam konferensi pers yang diikuti virtual di Jakarta, Rabu.
AMRO memproyeksikan kawasan ASEAN+3 akan berekspansi sebesar 4,5 persen pada 2024, seiring dengan semakin terwujudnya dampak dari langkah-langkah dukungan kebijakan China untuk meningkatkan permintaan dalam negeri.
Hal tersebut seiring dengan peningkatan bertahap dalam konsumsi barang tahan lama di Amerika Serikat dan antisipasi pemulihan siklus teknologi global yang akan meningkatkan ekspor regional pada tahun depan di tengah perkiraan melemahnya perekonomian global.
"Meskipun berita utama seputar kinerja ekonomi China suram, kita harus melihat segala sesuatunya dalam perspektif,” ujarnya.
Menurut Hoe, di luar sektor real estat, investasi manufaktur masih bertahan dan belanja konsumen mulai kembali ke jalurnya. Hal itu akan memberikan dampak positif bagi negara-negara ASEAN+3 lainnya.
Selain itu, AMRO mempertahankan perkiraan pertumbuhan tahun 2024 untuk kawasan ASEAN+3 dalam pembaruan triwulanan ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Oktober 2023.
Meskipun prospek ekonomi global tahun depan kurang optimistis, pertumbuhan di kawasan tersebut akan didukung oleh perkiraan perbaikan ekspor manufaktur dan membaiknya momentum pertumbuhan di China.
Inflasi di kawasan ASEAN+3 dengan tidak termasuk Laos dan Myanmar diperkirakan akan moderat menjadi 2,6 persen pada 2024, dari perkiraan tahun 2023 sebesar 2,9 persen.
Namun, kenaikan harga pangan dan energi global dalam beberapa bulan terakhir memicu kekhawatiran akan terjadinya lonjakan harga komoditas, dengan risiko inflasi yang lebih tinggi menjadi lebih besar.
"El Nino adalah faktor penentu inflasi, terutama jika hal ini menyebabkan kebijakan perdagangan yang lebih ketat terhadap impor pertanian utama seperti beras," tuturnya.
Ia mengatakan dampak harga komoditas terhadap inflasi ASEAN+3 akan lebih tajam jika penguatan dolar AS terhadap mata uang kawasan terus berlanjut.
AMRO juga memperingatkan agar tidak sepenuhnya mengabaikan risiko resesi di Amerika Serikat dan kawasan euro, terutama dalam kondisi di mana suku bunga global bisa tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Jika resesi di kedua perekonomian terjadi, pertumbuhan di kawasan ASEAN+3 dapat turun di bawah 3 persen, yang terendah sejak 1998 kecuali perlambatan yang disebabkan oleh pandemi pada 2020.
AMRO adalah organisasi internasional yang didirikan untuk berkontribusi dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan keuangan kawasan ASEAN+3, yang terdiri dari 10 anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan China; Hong Kong, China; Jepang; dan Korea.
Mandat AMRO adalah melakukan pengawasan makroekonomi, mendukung pengaturan keuangan regional, dan memberikan bantuan teknis kepada para anggota. Selain itu, AMRO juga berfungsi sebagai pusat pengetahuan regional dan memberikan dukungan terhadap kerja sama keuangan ASEAN+3.(Ant)
0 Komentar
Raih Antusiasme Pasar, Sukuk ESG BSI Rp9 Triliun atau Oversubscribe Tiga Kali Lipat
Rupiah Tangguh Rp15.635 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.235 pada Rabu (7/2/2024)
Ekonomi Kaltim Tumbuh 6,22 Persen didorong Listrik dan Gas
BPS: Ekonomi NTB Tumbuh 1,8 Persen
Investasi Pekanbaru Tahun 2023 Capai Rp6,4 Triliun
Dinkes Kota Bengkulu Siapkan Rp17 Miliar untuk Pembangunan RSTG
Rupiah awal Pekan Melemah Jelang Rilis PDB Indonesia 2023
BI: Deflasi di Lampung Akibat Penurunan Harga Sejumlah Komoditas
Rupiah Perkasa Rp15.764 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.201 pada Kamis (1/2/2024)
Rupiah Meningkat Dipengaruhi Data ADP AS Lebih Lemah dari Ekspektasi
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 di Atas 5 Persen
Leave a comment