Rupiah awal Pekan Melemah Jelang Rilis PDB Indonesia 2023

05 Februari 2024 15:47
Penulis: Alber Laia, bisnis
Teller memegang mata uang Dolar AS dan Rupiah di sebuah tempat penukaran uang, Jakarta, Rabu (6/7/2022). Kurs Rupiah ditutup Rp14.999 per Dolar AS pada perdagangan Rabu (6/7) hari ini, melemah 0,03 persen ketimbang posisi penutupan perdagangan kemarin (5/7) pada Rp 14.994 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Subur Atmamihardja/wsj/foc.)

Sahabat.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada awal pekan dibuka melemah menjelang rilis produk domestik bruto (PDB) Indonesia untuk triwulan IV-2023 dan keseluruhan 2023.
 
Pada awal perdagangan di Jakarta Senin, kurs rupiah terhadap dolar AS dibuka turun 65 poin atau 0,42 persen menjadi Rp15.725 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.660 per dolar AS.
 
"Hari ini Badan Pusat Statistik akan merilis PDB Indonesia untuk triwulan IV-2023 dan full year 2023," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede di Jakarta, Senin.
 
 
Josua memperkirakan PDB triwulan IV-2023 akan meningkat menjadi 5,02 persen secara year on year (yoy) dari 4,94 persen yoy pada kuartal sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuhan PDB untuk keseluruhan 2023 diperkirakan sekitar 5,04 persen.
 
Di sisi lain, pelemahan rupiah disebabkan oleh data tenaga kerja Non-Farm Payrolls (NFP) Amerika Serikat (AS) lebih baik dari perkiraan. Kondisi tersebut mendukung penguatan dolar AS.
 
"Dolar AS menguat terhadap mata uang G-10, didorong oleh data pasar tenaga kerja yang lebih baik dari perkiraan," ujarnya.
 
NFP AS pada Januari 2024 tercatat naik menjadi 353 ribu dari 333 ribu pada bulan sebelumnya, lebih tinggi dari perkiraan 185 ribu dan mencatat angka tertinggi sejak Januari 2023.
 
 
Sementara itu tingkat pengangguran AS pada Januari 2024 berada tetap di level 3,7 persen, dan meleset dari perkiraan 3,8 persen.
 
Kedua indikator tersebut mengindikasikan bahwa pasar tenaga kerja AS masih ketat, sehingga menurunkan kemungkinan bank sentral AS atau The Fed untuk segera menurunkan suku bunga kebijakannya.
 
Sentimen tersebut mendorong kenaikan imbal hasil atau yield surat utang AS atau US Treasury (UST) dan dolar AS. Indeks dolar AS meningkat 0,85 persen, dan yield UST 10 tahun naik 14 basis poin (bps) menjadi 4,02 persen pada Jumat (2/2).
 
Di sisi lain, optimisme terhadap kondisi perekonomian AS mendorong peningkatan pasar saham AS dan bahkan mengimbangi kekhawatiran atas risiko suku bunga kebijakan tinggi untuk waktu lama (higher-for-longer) dari The Fed.
 
Dengan mempertimbangkan penguatan dolar AS dan rilis data PDB Indonesia, rupiah diproyeksikan akan berada di rentang Rp15.675 per dolar AS sampai dengan Rp15.800 per dolar AS.(Ant)

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment