Sahabat.com - Argentina telah melakukan swap (menukar) 4,34 triliun peso (21,66 miliar dolar AS) utang dalam negeri, berjumlah sekitar 64 persen dari pinjaman yang akan jatuh tempo hingga Juni dan membantu meredakan ketakutan jangka pendek akan gagal bayar ketika ekonomi goyah di bawah tekanan dari kekeringan yang menghancurkan.
Swap atau menukar utang lama dengan obligasi baru yang jatuh tempo pada 2024 dan 2025, menurut pernyataan kementerian ekonomi Kamis (9/3).
"Dengan cara ini, ketidakpastian tentang jatuh tempo utang dalam beberapa bulan mendatang dibersihkan, membantu menjaga kesinambungan utang Departemen Keuangan," kata kementerian tersebut.
Argentina awalnya berharap untuk menukar sekitar setengah dari total utangnya, kata seorang sumber resmi kepada Reuters dengan syarat anonimitas awal pekan ini.
"Antara bank, asuransi dan perusahaan, volume (pertukaran) akan antara 3 hingga 3,5 triliun peso (sekitar 17 miliar dolar AS)," kata mereka, menambahkan bahwa menukar "apa pun di atas 50 persen sudah akan menjadi pencapaian yang luar biasa."
Swap pertama kali diumumkan Senin (6/3), mendorong lembaga pemeringkat global S&P untuk memangkas peringkat mata uang lokal Argentina menjadi 'SD/SD' (selective default) dari 'CCC-/C' Kamis (9/3/2023). S&P juga menurunkan peringkat nasional Argentina menjadi 'SD' dari 'raCCC+'.
Saham dan obligasi Argentina juga jatuh pada Kamis (9/3), karena dana investasi berbondong-bondong keluar menyusul berita swap utang yang bertujuan untuk meredakan ketidakpastian pasar di tahun pemilu dan di tengah ekonomi yang mandek.
Meskipun swap utang secara teknis bersifat sukarela dan bukan restrukturisasi paksa, agensi - dan juga pasar - tampaknya masih melihatnya sebagai peristiwa yang menyedihkan. Ini adalah swap obligasi ketiga Argentina sejak Agustus 2022.
Argentina juga masih memiliki utang lokal sekitar 170 miliar dolar AS yang harus dibayar, mengingat swap hanya menunda tenggat waktu pembayaran.
Sementara itu, kekeringan bersejarah di Argentina telah menekan ekonomi, yang sudah berjuang melawan tingkat inflasi tahunan yang diperkirakan sekitar 100 persen.
Menteri Ekonomi Sergio Massa baru-baru ini menggambarkan swap itu sebagai "memberikan prediktabilitas" ke pasar untuk meningkatkan akses ke kredit.
Oposisi yang dipimpin oleh koalisi "Juntos por el Cambio" mengkritik langkah terbaru karena jatuh tempo baru perlu ditangani oleh pemerintah yang akan datang setelah pemilihan Oktober.(Ant)
0 Komentar
Raih Antusiasme Pasar, Sukuk ESG BSI Rp9 Triliun atau Oversubscribe Tiga Kali Lipat
Rupiah Tangguh Rp15.635 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.235 pada Rabu (7/2/2024)
Ekonomi Kaltim Tumbuh 6,22 Persen didorong Listrik dan Gas
BPS: Ekonomi NTB Tumbuh 1,8 Persen
Investasi Pekanbaru Tahun 2023 Capai Rp6,4 Triliun
Dinkes Kota Bengkulu Siapkan Rp17 Miliar untuk Pembangunan RSTG
Rupiah awal Pekan Melemah Jelang Rilis PDB Indonesia 2023
BI: Deflasi di Lampung Akibat Penurunan Harga Sejumlah Komoditas
Rupiah Perkasa Rp15.764 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.201 pada Kamis (1/2/2024)
Rupiah Meningkat Dipengaruhi Data ADP AS Lebih Lemah dari Ekspektasi
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 di Atas 5 Persen
Leave a comment