Sahabat.com - Beberapa bank sentral terbesar di dunia berkumpul pada Minggu (19/3) untuk menenangkan pasar dan menghentikan penyebaran krisis perbankan ketika otoritas Swiss membujuk UBS Group AG untuk membeli saingannya Credit Suisse Group AG dalam sebuah kesepakatan bersejarah.
UBS akan membayar 3 miliar franc Swiss (3,23 miliar dolar AS) untuk Credit Suisse yang berusia 167 tahun dan menanggung kerugian hingga 5,4 miliar dolar AS dalam kesepakatan yang didukung oleh jaminan besar-besaran Swiss dan diperkirakan akan ditutup pada akhir 2023.
Segera setelah pengumuman pada Minggu (19/3) malam, Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa dan bank sentral utama lainnya mengeluarkan pernyataan untuk meyakinkan pasar yang telah dihantam oleh krisis perbankan yang dimulai dengan runtuhnya dua bank regional AS awal bulan ini.
S&P 500 dan Nasdaq berjangka masing-masing naik 0,4 persen, keduanya mengembalikan beberapa keuntungan awal.
Saham Selandia Baru merosot pada pembukaan dan Australia dibuka dengan kerugian 0,5 persen. Mata uang aman dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap sterling dan euro tetapi naik versus yen.
Tekanan pada UBS membantu menyegel kesepakatan pada Minggu (19/3).
"Ini adalah hari bersejarah di Swiss, dan hari yang sejujurnya, kami harap, tidak akan datang," kata Ketua UBS Colm Kelleher kepada para analis melalui telekonferensi.
"Saya ingin memperjelas bahwa meskipun kami tidak memulai diskusi, kami yakin transaksi ini menarik secara finansial bagi pemegang saham UBS," kata Kelleher.
CEO UBS Ralph Hamers mengatakan masih banyak detail yang harus dikerjakan.
"Saya tahu pasti masih ada pertanyaan yang belum bisa kami jawab," katanya pula. "Dan saya mengerti itu dan saya bahkan ingin meminta maaf untuk itu," ujar dia lagi.
Dalam respons global yang tidak terlihat sejak puncak pandemi, The Fed mengatakan telah bergabung dengan bank sentral di Kanada, Inggris, Jepang, Uni Eropa, dan Swiss dalam tindakan terkoordinasi untuk meningkatkan likuiditas pasar.
ECB berjanji untuk mendukung bank-bank zona euro dengan pinjaman jika diperlukan, menambahkan penyelamatan Swiss atas Credit Suisse adalah "penting" untuk memulihkan ketenangan.
Ketua Fed Jerome Powell dan Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyambut baik pengumuman otoritas Swiss. Bank sentral Inggris juga memuji Swiss.
"Lingkungan risiko yang lebih besar untuk keuangan mengarah pada penggunaan modal dan pengambilan risiko, investasi dan pinjaman yang semakin konservatif, dan tak terelakkan, pertumbuhan yang lebih rendah," kata Lloyd Blankfein, mantan Ketua dan CEO Goldman Sachs Group Inc.
"Sementara beberapa bank telah digantung oleh risiko yang terkonsentrasi dan dikelola dengan buruk, sistem perbankan secara keseluruhan dikapitalisasi dengan sangat baik dan diatur secara substansial lebih ketat daripada di masa-masa sulit sebelumnya," katanya lagi.
Perkawinan perbankan Swiss mengikuti upaya di Eropa dan Amerika Serikat untuk mendukung sektor ini sejak jatuhnya pemberi pinjaman AS Silicon Valley Bank dan Signature Bank.
Beberapa investor menyambut baik langkah akhir pekan ini tetapi mengambil sikap hati-hati.
"Asalkan pasar tidak mengendus masalah lain yang tersisa, saya pikir ini akan cukup positif," kata Brian Jacobsen, ahli strategi investasi senior di Allspring Global Investments.
Masalah tetap ada di sektor perbankan AS, di mana saham bank tetap berada di bawah tekanan meskipun ada langkah dari beberapa bank besar untuk menyetor 30 miliar dolar AS ke First Republic Bank, sebuah institusi yang diguncang oleh kegagalan Silicon Valley dan Signature Bank.
Pada Minggu (19/3), First Republic melihat peringkat kreditnya diturunkan lebih dalam ke status sampah oleh S&P Global, yang mengatakan infus deposit mungkin tidak menyelesaikan masalah likuiditasnya.
Simpanan bank-bank AS telah stabil, dengan arus keluar melambat atau berhenti dan dalam beberapa kasus berbalik, seorang pejabat AS mengatakan pada Minggu (19/3), menambahkan masalah Credit Suisse tidak terkait dengan simpanan baru-baru ini di bank AS dan bahwa bank AS memiliki eksposure terbatas ke Credit Suisse.
Sementara itu, Federal Deposit Insurance Corp (FDIC) AS berencana untuk meluncurkan kembali proses penjualan untuk Silicon Valley Bank, dengan regulator mencari potensi pemecahan pemberi pinjaman, menurut orang yang mengetahui masalah tersebut.
Intervensi dilakukan setelah dua sumber mengatakan kepada Reuters sebelumnya pada Minggu (19/3) bahwa bank-bank besar di Eropa melihat ke Fed dan ECB untuk melangkah dengan sinyal dukungan yang lebih kuat untuk membendung penularan.
Euro, pound, dan dolar Australia semuanya naik sekitar 0,4 persen terhadap greenback, menunjukkan tingkat selera risiko di pasar.
"Saham-saham bank seharusnya menguat karena berita tersebut, tetapi masih terlalu dini untuk memberi sinyal semuanya jelas," kata Michael Rosen, Kepala Investasi Angeles Investments di California.(Ant)
0 Komentar
Raih Antusiasme Pasar, Sukuk ESG BSI Rp9 Triliun atau Oversubscribe Tiga Kali Lipat
Rupiah Tangguh Rp15.635 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.235 pada Rabu (7/2/2024)
Ekonomi Kaltim Tumbuh 6,22 Persen didorong Listrik dan Gas
BPS: Ekonomi NTB Tumbuh 1,8 Persen
Rupiah Awal Pekan Merosot Tertekan Kekhawatiran Menjelang Pilpres 2024
Investasi Pekanbaru Tahun 2023 Capai Rp6,4 Triliun
Dinkes Kota Bengkulu Siapkan Rp17 Miliar untuk Pembangunan RSTG
Rupiah awal Pekan Melemah Jelang Rilis PDB Indonesia 2023
BI: Deflasi di Lampung Akibat Penurunan Harga Sejumlah Komoditas
Rupiah Perkasa Rp15.764 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.201 pada Kamis (1/2/2024)
Rupiah Meningkat Dipengaruhi Data ADP AS Lebih Lemah dari Ekspektasi
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 di Atas 5 Persen
Leave a comment