Sahabat.com - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung menyebutkan bahwa komoditas beras menyumbang inflasi pada September 2023 sebesar 0,312 persen.
"Dilihat dari sumbernya inflasi pada September 2023 didorong oleh peningkatan harga pada beberapa komoditas, salah satunya beras dengan andil inflasi sebesar 0,312 persen bila dilihat dari bulan per bulan," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Lampung Irfan Farulian melalui keterangan yang diterima di Bandarlampung, Selasa (3/10).
Ia mengatakan kenaikan harga beras disumbang oleh kenaikan harga beras medium yang meningkat 13,08 persen dari bulan per bulan di penggilingan dibanding bulan sebelumnya yang hanya sebesar 5,48 persen.
"Kenaikan ini terutama dipengaruhi oleh faktor tekanan dari sisi permintaan dari Pulau Jawa akibat dampak El Nino di tengah prognosa peningkatan produksi beras Lampung pada triwulan III 2023," katanya pula.
Dia melanjutkan pula, Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan di dua kota di Provinsi Lampung pada September 2023 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,33 persen bulan per bulan. Atau jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan periode Agustus 2023 yang mengalami inflasi sebesar 0,30 persen.
"Untuk komoditas penyumbang inflasi di September selain beras ada bensin dengan andil 0,064 persen, akademi atau perguruan tinggi sebesar 0,032 persen, daging ayam ras 0,029 persen, biaya pulsa ponsel dengan andil 0,018 persen," ujar dia lagi.
Menurut dia, tingkat inflasi yang masih terkendali tersebut pada September 2023 didukung oleh adanya deflasi pada sebagian komoditas, antara lain telur ayam ras dengan persentase 0,074 persen, bawang merah 0,026 persen, bawang putih 0,021 persen, minyak goreng 0,020 persen, dan cabai rawit sebesar 0,016 persen.
"Inflasi IHK gabungan kota di Provinsi Lampung akan tetap terjaga pada rentang sasaran inflasi tiga plus minus satu persen dari tahun ke tahun sampai akhir 2023. Dan perlu pula dilakukan upaya mitigasi atas beberapa risiko seperti adanya guncangan permintaan atas adanya ekses likuiditas, kenaikan UMP 2023, dan adanya momen tahun politik," katanya pula.
Selanjutnya adanya risiko rendahnya capaian pemulihan daya beli masyarakat yang berpotensi menyebabkan kenaikan inflasi inti. Sedangkan dari volatile food adanya risiko meningkatnya harga komoditas hortikultura pada periode tanam, pendistribusian beras di Lampung yang tidak merata akibat tingginya permintaan dari Pulau Jawa yang perlu di mitigasi dengan penguatan HPP.
"Yang harus dilakukan sebagai langkah mitigasi yaitu dengan menjaga keterjangkauan harga, memperkuat ketersediaan pasokan, menjaga kelancaran distribusi, dan kelancaran komunikasi efektif," ujar dia lagi.(Ant)
0 Komentar
Raih Antusiasme Pasar, Sukuk ESG BSI Rp9 Triliun atau Oversubscribe Tiga Kali Lipat
Rupiah Tangguh Rp15.635 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.235 pada Rabu (7/2/2024)
Ekonomi Kaltim Tumbuh 6,22 Persen didorong Listrik dan Gas
BPS: Ekonomi NTB Tumbuh 1,8 Persen
Investasi Pekanbaru Tahun 2023 Capai Rp6,4 Triliun
Dinkes Kota Bengkulu Siapkan Rp17 Miliar untuk Pembangunan RSTG
Rupiah awal Pekan Melemah Jelang Rilis PDB Indonesia 2023
BI: Deflasi di Lampung Akibat Penurunan Harga Sejumlah Komoditas
Rupiah Perkasa Rp15.764 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.201 pada Kamis (1/2/2024)
Rupiah Meningkat Dipengaruhi Data ADP AS Lebih Lemah dari Ekspektasi
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 di Atas 5 Persen
Leave a comment