Sahabat.com - CME Group mengumumkan pada Senin (6/3/2023) bahwa mereka akan meluncurkan opsi pada kontrak berjangka dolar AS/renminbi atau yuan China yang ada pada 3 April, sambil menunggu tinjauan regulasi.
Kontrak baru ini akan tercatat dan tunduk pada peraturan CME, pasar derivatif terkemuka dunia mengatakan dalam sebuah pernyataan.
"Opsi dolar AS/renminbi China memberi pelaku pasar alat yang ampuh untuk menerapkan strategi lindung nilai dan perdagangan yang canggih di sekitar ekonomi terbesar kedua di dunia," kata Tim Brooks, kepala Perdagangan Opsi Valas di Optiver.
"Dengan menyediakan likuiditas dalam produk dolar AS/Yuan China sejak diluncurkan, kami berharap dapat meningkatkan kemampuan pelaku pasar untuk menangkap peluang dan mengelola risiko mereka dengan percaya diri."
"Renminbi atau yuan di luar negeri telah menjadi bagian inti dari perdagangan valas global dan kami dengan senang hati menawarkan kontrak opsi ini untuk membantu klien mengelola risiko mata uang karena China mengatur ulang ekonominya selama periode pembukaan kembali ini," kata Paul Houston, kepala global Produk Valas, CME Group.
"Ini adalah tambahan yang menarik dan tepat waktu untuk portofolio produk opsi valas CME Group karena opsi dolar AS/yuan China telah menjadi salah satu pasangan yang paling banyak diperdagangkan di pasar OTC," kata Adrian Averre, kepala G10 FX Flow Options di BNP Paribas. "Kami berharap dapat menjadi penyedia likuiditas yang aktif di pasar CME Group."
Bursa CME Group menawarkan jangkauan terluas produk-produk acuan global di semua kelas aset utama berdasarkan suku bunga, indeks ekuitas, valuta asing, energi, produk pertanian dan logam, kata perusahaan itu.(Ant)
0 Komentar
Raih Antusiasme Pasar, Sukuk ESG BSI Rp9 Triliun atau Oversubscribe Tiga Kali Lipat
Rupiah Tangguh Rp15.635 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.235 pada Rabu (7/2/2024)
Ekonomi Kaltim Tumbuh 6,22 Persen didorong Listrik dan Gas
BPS: Ekonomi NTB Tumbuh 1,8 Persen
Investasi Pekanbaru Tahun 2023 Capai Rp6,4 Triliun
Dinkes Kota Bengkulu Siapkan Rp17 Miliar untuk Pembangunan RSTG
Rupiah awal Pekan Melemah Jelang Rilis PDB Indonesia 2023
BI: Deflasi di Lampung Akibat Penurunan Harga Sejumlah Komoditas
Rupiah Perkasa Rp15.764 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.201 pada Kamis (1/2/2024)
Rupiah Meningkat Dipengaruhi Data ADP AS Lebih Lemah dari Ekspektasi
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 di Atas 5 Persen
Leave a comment