Sahabat.com - Nilai tukar dolar AS hampir datar terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), namun mencatat kenaikan selama delapan minggu berturut-turut di tengah ketahanan pasar konsumen dan tenaga kerja AS.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik tipis 0,03 persen menjadi 105,0866 pada akhir perdagangan, membukukan kenaikan delapan minggu berturut-turut, yang merupakan kenaikan terpanjang sejak 2014.
"Minggu ini pasar sedikit lebih gelisah dari biasanya dalam beberapa hal dan hal ini memperkuat dolar," kata Amo Sahota, direktur valas di perusahaan konsultan Klarity FX di San Francisco.
Dia mengutip berlanjutnya eskalasi perselisihan antara AS dan China mengenai pembatasan iPhone, yang telah menempatkan Apple dalam sorotan.
Ada juga narasi, katanya, bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama karena perjuangan melawan inflasi masih berlangsung.
Para analis dan investor percaya bahwa data ekonomi positif dari Amerika Serikat dalam beberapa pekan terakhir, bersama dengan ketahanan perekonomian, telah membantu meningkatkan nilai dolar.
"Kami tetap bersikap positif terhadap dolar AS dalam jangka pendek meskipun menganggapnya dinilai terlalu tinggi," kata analis Bank of America dalam sebuah laporan. "Hal ini sejalan dengan data zona euro yang lebih lemah dan, secara lebih luas, pandangan kami bahwa pasar memperkirakan pemotongan suku bunga The Fed pada tahun 2024 adalah berlebihan."
Di zona euro pada Jumat (8/9/2023), indeks harga konsumen (IHK) Jerman, ekonomi terbesar di Eropa, tetap tidak berubah pada Agustus untuk bulan ketiga berturut-turut.
Secara tahunan, IHK Jerman dipastikan berada pada angka 6,1 persen tahun ke tahun, turun sedikit dari 6,2 persen, sementara IHK inti tetap tidak berubah pada angka 5,5 persen tahun ke tahun. Harga pangan dan energi naik namun terdapat sedikit kabar baik karena inflasi jasa-jasa turun menjadi 5,1 persen dari 5,2 persen pada Juli.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0698 dolar AS dari 1,0695 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2453 dolar AS dari 1,2470 dolar AS.
Dolar AS dibeli 147,8240 yen Jepang, lebih tinggi dari 147,1700 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS meningkat menjadi 0,8933 franc Swiss dari 0,8928 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3643 dolar Kanada dari 1,3682 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 11,1251 krona Swedia dari 11,1429 krona Swedia.(Ant)
0 Komentar
Raih Antusiasme Pasar, Sukuk ESG BSI Rp9 Triliun atau Oversubscribe Tiga Kali Lipat
Rupiah Tangguh Rp15.635 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.235 pada Rabu (7/2/2024)
Ekonomi Kaltim Tumbuh 6,22 Persen didorong Listrik dan Gas
BPS: Ekonomi NTB Tumbuh 1,8 Persen
Investasi Pekanbaru Tahun 2023 Capai Rp6,4 Triliun
Dinkes Kota Bengkulu Siapkan Rp17 Miliar untuk Pembangunan RSTG
Rupiah awal Pekan Melemah Jelang Rilis PDB Indonesia 2023
BI: Deflasi di Lampung Akibat Penurunan Harga Sejumlah Komoditas
Rupiah Perkasa Rp15.764 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.201 pada Kamis (1/2/2024)
Rupiah Meningkat Dipengaruhi Data ADP AS Lebih Lemah dari Ekspektasi
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 di Atas 5 Persen
Leave a comment