Sahabat.com - Dolar melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) karena para pedagang khawatir kenaikan suku bunga Fed akan memberikan terlalu banyak tekanan pada ekonomi, namun mata uang AS naik terhadap rubel meskipun mundur dari level tertinggi 15 bulan di awal sesi.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,21 persen menjadi 102,6936 pada akhir perdagangan.
Rubel Rusia melemah 0,90 persen versus greenback di 84,40 per dolar setelah mencapai level terlemah sejak Maret 2022.
Setelah terakhir terlihat pada Sabtu (24/6/2023) malam, pemimpin kelompok tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, yang pemberontakan akhir pekannya tampaknya menimbulkan ancaman besar bagi pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin, mengatakan dia tidak pernah berniat untuk menggulingkan pemerintah.
Prigozhin tidak menyebutkan lokasinya atau kesepakatan yang meredakan pemberontakan.
"Kami mengalami eskalasi yang cepat dan de-eskalasi yang sama cepatnya dan itu menunjukkan kepada Anda bahwa ini adalah ancaman serius bagi Putin untuk menyetujui persyaratan untuk membuat kesepakatan dengan Prigozhin," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.
"Sepertinya fokusnya mungkin akan bergeser kembali sampai kita memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang perlambatan pertumbuhan global yang kita lihat."
Sementara itu, presiden Federal Reserve New York John Williams mencatat pada Minggu (25/6/2023) bahwa "memulihkan stabilitas harga adalah hal yang sangat penting karena merupakan dasar dari stabilitas ekonomi dan keuangan yang berkelanjutan. Stabilitas harga bukanlah salah satu atau, itu harus dimiliki."
Indeks Manufaktur Fed Dallas meningkat dari -29,1 pada Mei menjadi -23,2 pada Juni, dibandingkan dengan konsensus perkiraan analis -26,5, menurut laporan Indeks Manufaktur Fed Dallas yang dirilis pada Senin (26/6/2023). Dolar AS naik sesaat sebelum turun lagi.
Laporan Indeks Manufaktur Fed Dallas melebihi ekspektasi tetapi tidak memberikan dukungan material untuk mata uang Amerika, catat Vladimir Zernov, analis pemasok informasi pasar FX Empire. Zernov menambahkan bahwa pedagang menunggu katalis tambahan pada Senin (26/6/2023).
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0915 dolar AS dari 1,0891 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2721 dolar AS dari 1,2707 dolar pada sesi sebelumnya.
Dolar AS dibeli 143,4470 yen Jepang, lebih rendah dari 143,7940 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,8949 franc Swiss dari 0,8972 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3145 dolar Kanada dari 1,3188 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 10,7211 krona Swedia dari 10,7255 krona Swedia.(Ant)
0 Komentar
Raih Antusiasme Pasar, Sukuk ESG BSI Rp9 Triliun atau Oversubscribe Tiga Kali Lipat
Rupiah Tangguh Rp15.635 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.235 pada Rabu (7/2/2024)
Ekonomi Kaltim Tumbuh 6,22 Persen didorong Listrik dan Gas
BPS: Ekonomi NTB Tumbuh 1,8 Persen
Investasi Pekanbaru Tahun 2023 Capai Rp6,4 Triliun
Dinkes Kota Bengkulu Siapkan Rp17 Miliar untuk Pembangunan RSTG
Rupiah awal Pekan Melemah Jelang Rilis PDB Indonesia 2023
BI: Deflasi di Lampung Akibat Penurunan Harga Sejumlah Komoditas
Rupiah Perkasa Rp15.764 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.201 pada Kamis (1/2/2024)
Rupiah Meningkat Dipengaruhi Data ADP AS Lebih Lemah dari Ekspektasi
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 di Atas 5 Persen
Leave a comment