Sahabat.com - Dolar AS sedikit berubah di awal sesi Asia pada Kamis pagi, karena investor menunggu data inflasi AS minggu depan dan mencerna komentar dari sejumlah pejabat Federal Reserve yang mengatakan kenaikan suku bunga moderat sedang dalam perjalanan.
Bergerak ke suku bunga dana federal antara 5,00 persen dan 5,25 persen "tampaknya pandangan yang sangat masuk akal tentang apa yang perlu kita lakukan tahun ini untuk menurunkan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan," kata Presiden Fed New York John Williams dalam sebuah acara Wall Street Journal.
Komentar Williams mengikuti sikap Ketua Jerome Powell dengan prospek suku bunganya pada Selasa (7/2/2023), ketika dia menegaskan kembali bahwa proses "disinflasi" sedang berlangsung.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang saingannya, naik 0,029 persen pada Kamis pagi di 103,460, setelah turun hampir 0,3 persen di sesi sebelumnya.
Indeks ini turun dari level tertinggi satu bulan di 103,96 yang disentuh pada Selasa (7/2/2023) dalam reli singkat setelah laporan pekerjaan Jumat (3/2/2023), yang menunjukkan penggajian non-pertanian (NFP) melonjak 517.000 pekerjaan pada Januari.
Laporan tersebut meningkatkan ekspektasi bahwa Fed mungkin akan kembali ke sikap kebijakan moneter yang agresif, tetapi Powell tidak bersandar lebih jauh pada argumen tersebut dalam pidatonya pada Selasa (7/2/2023).
Sementara itu, euro naik 0,04 persen pada 1,0713 dolar, bangkit dari level terendah satu bulan di 1,067 dolar yang disentuh pada Selasa (7/2/2023).
Yen Jepang melemah 0,11 persen menjadi 131,54 per dolar, sementara sterling terakhir diperdagangkan pada 1,2064 dolar, turun 0,06 persen.
Dolar Australia naik 0,04 persen menjadi 0,693 dolar AS, sedangkan kiwi naik 0,06 persen menjadi 0,631 dolar AS.
Perkiraan pasar mengantisipasi suku bunga dana Fed yang memuncak tepat di atas 5,1 persen pada Juli, kemudian turun pada akhir tahun menjadi 4,8 persen.
Williams, dalam sambutannya, menegaskan kembali keyakinannya bahwa tetap penting bagi kebijakan moneter untuk mencapai dan bertahan pada tingkat yang akan menahan pertumbuhan ekonomi "selama beberapa tahun".
Ahli strategi mata uang OCBC Christopher Wong mengatakan laju rebound dolar menunjukkan tanda-tanda tentatif moderasi tetapi mata uang itu masih agak didukung, karena komentar dari ketua Fed.
"Di satu sisi komentar Powell di Economic Club of Washington malam sebelumnya kurang hawkish tetapi di sisi lain, pejabat Fed seperti Williams (dan Gubernur Fed) Lisa Cook mengambil kesempatan untuk memunculkan retorika hawkish."
Fokus investor sekarang akan beralih ke data inflasi AS yang akan dirilis minggu depan pada Selasa (14/2/2023).(Ant)
0 Komentar
Raih Antusiasme Pasar, Sukuk ESG BSI Rp9 Triliun atau Oversubscribe Tiga Kali Lipat
Rupiah Tangguh Rp15.635 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.235 pada Rabu (7/2/2024)
Ekonomi Kaltim Tumbuh 6,22 Persen didorong Listrik dan Gas
BPS: Ekonomi NTB Tumbuh 1,8 Persen
Investasi Pekanbaru Tahun 2023 Capai Rp6,4 Triliun
Dinkes Kota Bengkulu Siapkan Rp17 Miliar untuk Pembangunan RSTG
Rupiah awal Pekan Melemah Jelang Rilis PDB Indonesia 2023
BI: Deflasi di Lampung Akibat Penurunan Harga Sejumlah Komoditas
Rupiah Perkasa Rp15.764 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.201 pada Kamis (1/2/2024)
Rupiah Meningkat Dipengaruhi Data ADP AS Lebih Lemah dari Ekspektasi
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 di Atas 5 Persen
Leave a comment