Sahabat.com - Dolar AS jatuh ke level terendah dalam lebih dari setahun pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah indeks harga konsumen (IHK) AS untuk Juni menunjukkan laju inflasi melambat ke level terendah sejak 2021 menunjukkan Federal Reserve mungkin harus menaikkan suku bunga hanya sekali lagi tahun ini.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, anjlok 1,19 persen menjadi 100,5220 pada akhir perdagangan, mencapai level terendah dalam lebih dari setahun, yang juga merupakan persentase penurunan harian terbesar sejak awal Februari.
Inflasi tahunan AS melambat menjadi 3,0 persen bulan lalu, laju tahunan terkecil sejak Maret 2021, menurut IHK terbaru yang dirilis Rabu (12/7/2023) oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS. Inflasi inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, turun menjadi 4,8 persen per tahun, di bawah proyeksi konsensus sebesar 5,0 persen.
"Dolar dilanda aksi jual secara menyeluruh setelah laporan inflasi AS yang lemah hari ini meningkatkan taruhan bahwa siklus kenaikan suku bunga Federal Reserve akan segera berakhir," kata Matthew Ryan, kepala strategi pasar di perusahaan jasa keuangan global Ebury.
Namun, Presiden Federal Reserve Bank of Richmond Thomas Barkin mengatakan mundur terlalu cepat pada suku bunga akan mengharuskan Fed melakukan lebih banyak lagi di masa depan, karena tingkat inflasi AS masih terlalu tinggi.
Neel Kashkari, Presiden Federal Reserve Minneapolis, juga mengatakan bahwa bank harus siap menghadapi inflasi yang mengakar.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1137 dolar AS dari 1,0999 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2991 dolar AS dari 1,2928 dolar AS pada sesi sebelumnya.
Dolar AS turun menjadi 1,3192 dolar Kanada dari 1,3239 dolar Kanada pada akhir perdagangan New York, setelah Bank Sentral Kanada menaikkan suku bunga utamanya sebesar 25 basis poin menjadi 5,0 persen pada Rabu (12/7/2023) melanjutkan kenaikan suku bunga pada Juni.
Dolar AS dibeli 138,3180 yen Jepang, lebih rendah dari 140,4630 yen Jepang pada sesi sebelumnya.
Greenback juga mencapai level terendah terhadap franc Swiss sejak awal 2015, karena turun menjadi 0,8670 franc Swiss dari 0,8799 franc Swiss pada Rabu (12/7/2023), dan turun menjadi 10,3800 krona Swedia dari 10,6696 krona Swedia.(Ant)
0 Komentar
Raih Antusiasme Pasar, Sukuk ESG BSI Rp9 Triliun atau Oversubscribe Tiga Kali Lipat
Rupiah Tangguh Rp15.635 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.235 pada Rabu (7/2/2024)
Ekonomi Kaltim Tumbuh 6,22 Persen didorong Listrik dan Gas
BPS: Ekonomi NTB Tumbuh 1,8 Persen
Investasi Pekanbaru Tahun 2023 Capai Rp6,4 Triliun
Dinkes Kota Bengkulu Siapkan Rp17 Miliar untuk Pembangunan RSTG
Rupiah awal Pekan Melemah Jelang Rilis PDB Indonesia 2023
BI: Deflasi di Lampung Akibat Penurunan Harga Sejumlah Komoditas
Rupiah Perkasa Rp15.764 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.201 pada Kamis (1/2/2024)
Rupiah Meningkat Dipengaruhi Data ADP AS Lebih Lemah dari Ekspektasi
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 di Atas 5 Persen
Leave a comment