Sahabat.com - Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) setelah pemerintah Amerika menghindari penutupan kantor dan pelayanan, serta data ekonomi kembali mendukung pandangan bahwa The Federal Reserve akan mempertahankan tingkat suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama.
Indeks dolar yang mengukur nilai dolar terhadap enam mata uang lainnya naik 0,62 persen menjadi 106,89 pada akhir perdagangan.
Manufaktur AS melangkah lebih jauh menuju pemulihan pada September seiring dengan meningkatnya produksi dan membaiknya lapangan pekerjaan.
Kongres AS meloloskan rancangan undang-undang pendanaan sementara pada Sabtu malam dengan besar dari Partai Demokrat setelah Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy mundur dari tuntutan awal oleh kelompok garis keras partainya untuk rancangan undang-undang yang partisan.
Imbal hasil obligasi tenor 10 tahun menyentuh 4,703 persen karena pencegahan penutupan pemerintahan mengurangi permintaan utang AS. Sementara data tersebut menyoroti ketahanan perekonomian meski target suku bunga The Fed dalam wilayah yang terbatas.
"Ada perasaan bahwa ekonomi AS dapat menerima suku bunga yang lebih tinggi untuk waktu yang sedikit lebih lama," kata Kepala Strategi FX Amerika Utara CIBC Capital Markets Bipan Rai di Toronto.
Menurut Rai, secara implisit hal itu juga berarti bahwa The Fed mungkin tidak akan terlalu cepat untuk memangkas suku bunga tahun depan.
"Anda masih melihat kisah pertumbuhan AS lebih baik dibandingkan di luar negeri dan itu kemungkinan membuat perbedaan tingkat suku bunga masih menguntungkan AS," kata analis pasar senior Oanda Edward Moya di New York.
Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan ia tetap mendukung kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS pada pertemuan mendatang apabila data menunjukkan perkembangan inflasi terhenti atau berjalan terlalu lambat.
Investor telah mengamati tanda-tanda intervensi terhadap mata uang Jepang oleh Bank of Japan (BoJ).
Yen berada di bawah tekanan terhadap dolar karena BoJ tetap bersikap dovish dibandingkan bank sentral global lainnya, khususnya setelah The Fed memulai siklus kenaikan suku bunga yang agresif pada Maret 2022
Rangkuman opini pertemuan BoJ pada September menunjukkan lebih banyak pembuat kebijakan membahas prospek berakhirnya kebijakan ultra longgar. Sementara bank sentral menyatakan akan melakukan operasi pembelian surat utang tambahan karena berupaya memperlambat kenaikan imbal hasil usai mencapai level tertinggi dalam satu dekade.
Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan otoritas benar-benar mencermati pergerakan mata uang saat yen mendekati 150, namun menolak berkomentar apakah intervensi mungkin dilakukan saat ini.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun 0,75 persen menjadi 1,0491 dolar AS. Yen Jepang melemah 0,31 persen menjadi 149,77 dolar AS.(Ant)
0 Komentar
Raih Antusiasme Pasar, Sukuk ESG BSI Rp9 Triliun atau Oversubscribe Tiga Kali Lipat
Rupiah Tangguh Rp15.635 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.235 pada Rabu (7/2/2024)
Ekonomi Kaltim Tumbuh 6,22 Persen didorong Listrik dan Gas
BPS: Ekonomi NTB Tumbuh 1,8 Persen
Investasi Pekanbaru Tahun 2023 Capai Rp6,4 Triliun
Dinkes Kota Bengkulu Siapkan Rp17 Miliar untuk Pembangunan RSTG
Rupiah awal Pekan Melemah Jelang Rilis PDB Indonesia 2023
BI: Deflasi di Lampung Akibat Penurunan Harga Sejumlah Komoditas
Rupiah Perkasa Rp15.764 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.201 pada Kamis (1/2/2024)
Rupiah Meningkat Dipengaruhi Data ADP AS Lebih Lemah dari Ekspektasi
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 di Atas 5 Persen
Leave a comment