Sahabat.com - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) Kristalina Georgieva mengajak seluruh pimpinan G20 untuk memperkuat arsitektur keuangan internasional, khususnya di bidang resolusi utang dan memperkuat jaring pengaman keuangan global.
"Komunitas internasional memiliki tanggung jawab untuk bersama-sama mencari solusi bagi anggota keluarga global kita yang paling rentan," kata Kristalina dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin.
Dengan pertumbuhan global yang melambat pada tahun 2023 dan tetap di bawah rata-rata historis, ia menyebutkan terlalu banyak masyarakat di banyak negara yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan.
Dalam resolusi utang, Kristalina sangat mendukung upaya untuk memperkuat arsitektur utang dan meningkatkan kecepatan dan efektivitas penyelesaian utang. Langkah tersebut mengingat meningkatnya kerentanan utang di banyak negara.
Kerentanan utang negara, yang sudah meningkat sebelum pandemi, telah diperburuk oleh guncangan yang berasal dari COVID-19 dan perang Rusia melawan Ukraina. Hal ini khususnya berlaku untuk negara-negara berkembang dan berpenghasilan rendah dengan ruang kebijakan yang sangat terbatas dan kebutuhan pembangunan yang sangat besar.
Oleh karena itu, dirinya menekankan sangat penting bagi G20 untuk memperkuat arsitektur utang. G20 melakukan langkah itu pada tahun 2020 dengan Debt Service Suspension Initiative (DSSI) dan membentuk Common Framework (CF) untuk penyelesaian utang.
"Sejak itu, CF memberikan operasi utang untuk Chad. Sekarang sangat penting untuk menyelesaikan restrukturisasi utang Zambia, membentuk Komite Kreditor untuk Ghana, dan memajukan kerja sama dengan Ethiopia," tuturnya.
Meskipun demikian, lanjut Kristalina, proses yang lebih dapat diprediksi, tepat waktu, dan teratur diperlukan baik untuk negara-negara di bawah CF maupun untuk negara-negara yang tidak tercakup olehnya, termasuk Sri Lanka dan Suriname.
Sementara itu dalam memperkuat jaring pengaman keuangan global, IMF sendiri telah meningkatkan pinjaman karena anggota IMF menghadapi tantangan ekonomi signifikan, yang telah dibawa beberapa tahun terakhir.
Melalui fasilitas pinjaman standar dan pembiayaan darurat, IMF telah menyetujui pembiayaan sebesar 272 miliar dolar AS untuk 94 negara sejak awal pandemi, dimana sebanyak 57 negara di antaranya adalah negara berpenghasilan rendah.(Ant)
0 Komentar
Raih Antusiasme Pasar, Sukuk ESG BSI Rp9 Triliun atau Oversubscribe Tiga Kali Lipat
Rupiah Tangguh Rp15.635 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.235 pada Rabu (7/2/2024)
Ekonomi Kaltim Tumbuh 6,22 Persen didorong Listrik dan Gas
BPS: Ekonomi NTB Tumbuh 1,8 Persen
Investasi Pekanbaru Tahun 2023 Capai Rp6,4 Triliun
Dinkes Kota Bengkulu Siapkan Rp17 Miliar untuk Pembangunan RSTG
Rupiah awal Pekan Melemah Jelang Rilis PDB Indonesia 2023
BI: Deflasi di Lampung Akibat Penurunan Harga Sejumlah Komoditas
Rupiah Perkasa Rp15.764 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.201 pada Kamis (1/2/2024)
Rupiah Meningkat Dipengaruhi Data ADP AS Lebih Lemah dari Ekspektasi
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 di Atas 5 Persen
Leave a comment