Sahabat.com - Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus berkomitmen melakukan upaya agar pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mampu bersaing di lokapasar, di antaranya dengan pelatihan dan menjalin kemitraan bersama ritel modern.
Sekretaris Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Hari Widodo menyampaikan bahwa pemerintah memiliki target sebanyak 30 juta UMKM yang bisa masuk ekosistem digital pada 2024. Namun hanya mengantarkan saja tidak cukup, dibutuhkan pendampingan agar UMKM bisa naik kelas dan mendominasi lokapasar.
"Kemendag menyiapkan berbagai strategis peningkatan kualitas perdagangan digital, di antaranya pembinaan dan pendampingan, memfasilitasi sampai pencetakan fasilitator untuk meningkatkan edukasi terkait e-commerce," ujar Hari saat pembukaan "Gambir Trade Talk #9" di Jakarta, Senin.
e-conomy SEA Report 2022 melaporkan, ekonomi digital Indonesia telah mencapai 77 miliar dolar AS atau setara Rp1.211 triliun atau tumbuh 22 persen dibanding dengan tahun sebelumnya. Angka ini diproyeksikan akan mencapai 130 miliar dolar AS atau Rp2.045 triliun pada 2025.
Hari menyampaikan, pendorong utama pertumbuhan ekonomi digital Indonesia berasal dari lokapasar yang mencapai 76 persen pada 2022 yang diproyeksikan mampu menyumbang 95 miliar dolar AS pada 2025.
"Dengan jumlah yang sangat besar dan peran yang sangat penting, UMKM harus didukung agar mampu menguasai marketplace khususnya di dalam negeri secara berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan masukan yang konstruktif untuk menyusun strategi dan kebijakan yang komprehensif dan kolaboratif baik dari pemerintah pusat, daerah, akademisi dan pelaku usaha lain," ujar Hari.
Sementara itu, Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia Chaikal Nuryakin mengatakan, untuk membuat produk UMKM digemari oleh konsumen dalam negeri, produsen perlu meningkatkan kualitasnya.
Menurutnya, jargon "Cintailah Produk Indonesia" tidak hanya dibebankan kepada pembeli. Produsen juga harus mampu meningkatkan kualitas yang tidak kalah dengan merek-merek luar negeri.
"Cinta produk dalam negeri enggak cuma soal konsumen saja yang harus pakai produknya, tapi juga kualitas dari produsen harus ditingkatkan. Kalau yang namanya cinta kan harus berbalas, jadi konsumen pakai produknya, produsennya juga harus meningkatkan kualitasnya," kata Chaikal.
Riset Continuum Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyebutkan bahwa 98,05 persen atau setara 12.784 toko di lokapasar (marketplace) dipenuhi oleh usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), sedangkan 1,9 persen lainnya skala besar.
Namun demikian, sebagian besar UMKM yang bergerak di sektor perdagangan masih menjual produk-produk dari merek besar ataupun impor. Hanya 3,8 persen saja yang menjual produk buatan dalam negeri.(Ant)
0 Komentar
PLN UIP Nusra Berkomitmen Kawal Keberlanjutan Program Hortikultura Kelompok Tani Poco Leok
Beras Kemasan Mendadak Langka di Ritel, Gara-gara Bansos?
Disnaker KUKM Kota Madiun Lakukan Kurasi Produk UMKM
Bupati Tangerang Minta PHRI Dukung Pengembangan Produk UMKM Lokal
Mendag Sebut Pedagang Pasar Salah Satu Pondasi Ekonomi Nasional
Ketua DPR RI Minta Produsen Makanan di Klaten Perhatikan Kemasan
Sri Mulyani: Bansos Itu Program APBN
100 Pelaku UMKM di Palangka Raya Terima Sertifikat Halal Gratis
Bisnis Model Canvas Dalam Pengembangan UMKM Indonesia
NusantaraTV Gelar Nusantara Economic Outlook Conference 2024
Kota Bandung Fasilitasi Pendaftaran HKI Gratis Bagi 200 UMKM
Leave a comment