OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Nasional Tangguh dan Terjaga

05 September 2023 06:25
Penulis: Alber Laia, bisnis
Tangkapan virtual Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Agustus 2023, di Jakarta, Selasa (5/9/2023). ANTARA/M. Baqir Idrus Alatas

Sahabat.com - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyatakan pihaknya menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilient (tangguh) berdasarkan Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK pada 30 Agustus 2023.

Penilaian tersebut dilihat dengan indikator prudensial, seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai, serta profil risiko yang terjaga, di tengah peningkatan ketidakpastian perekonomian global.

“Divergensi perekonomian global masih berlanjut dengan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan resiliensi di tengah inflasi inti yang terus menurun. Resiliensi ekonomi tersebut meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed dapat lebih hawkish,” kata dia dalam RDKB Agustus 2023 secara virtual, di Jakarta, Selasa.

Di Eropa, pertumbuhan ekonomi disebut kembali menurun menjadi 0,6 persen year on year (yoy) pada triwulan II/2023 dari 1,1 persen pada triwulan sebelumnya yoy. Sementara untuk inflasi inti masih tetap tinggi.

Pada sisi lain, momentum pemulihan ekonomi Tiongkok termoderasi. Indikator ekonomi Tiongkok tercatat di bawah ekspektasi dengan inflasi yang masuk ke zona deflasi dan kinerja eksternal yang terkonversi.

“Selain itu, tekanan pada sektor properti di Tiongkok kembali meningkat seiring munculnya permasalahan pada beberapa pengembangan properti besar,” ujar Mahendra.

Melihat keadaan domestik, ekonomi Indonesia tumbuh positif pada triwulan II/2023 sebesar 5,17 persen yoy, naik dari triwulan sebelumnya 5,04 persen. Pertumbuhan ini didorong kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi yang baik.

Namun demikian, kata dia lagi, perlu dicermati kecenderungan pelemahan indikator optimisme konsumen, tren penurunan inflasi inti, dan berlanjutnya penurunan harga komunitas yang telah menekan kinerja eksternal Indonesia.

Dinamika perekonomian tersebut mendorong pelemahan pasar keuangan global, baik di pasar saham, surat utang, maupun pasar nilai tukar, yang juga disertai terjadinya peningkatan volatilitas pasar dan outflow dari mayoritas pasar keuangan emerging market, termasuk pasar keuangan Indonesia,” katanya pula.(Ant)

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment