Sahabat.com - Anggota DPRD Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Khazalik, mengatakan pajak daerah menyumbang 89,4 persen pendapatan asli daerah (PAD) di daerah ini dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Pajak daerah di Kepri diperoleh dari lima sektor, yaitu Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Bahan Bakar Minyak (BBM), Air Permukaan, dan Rokok.
"Pajak daerah menjadi penyumbang terbesar PAD Kepri," kata Khazalik yang juga Ketua Pansus Perda Pajak dan Retribusi Daerah itu, di Tanjungpinang, Rabu.
Sementara sisanya sekitar 10,6 persen, kata dia lagi, berasal dari retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan lain-lain pendapatan yang sah.
Ia pun menyoroti objek retribusi daerah di Bumi Segantang Lada ini belum banyak terpungut. Selain pelayanan pemerintah belum maksimal karena sarana-prasarana belum memadai, juga ada sejumlah objek retribusi yang diambil pemerintah pusat, seperti labuh jangkar dan pemanfaatan ruang laut.
"Realisasi retribusi di Kepri justru didominasi dari darat, salah satunya retribusi perizinan mempekerjakan TKA. Padahal geografis Kepri 96 persen adalah lautan, tapi belum mampu dioptimalkan," ujar Khazalik.
Anggota Komisi I DPRD Kepri itu pun mendorong agar Pemprov Kepri terus menggali potensi pajak dan retribusi daerah, baik dari sumber yang sudah ada maupun yang baru akan dipungut demi mendongkrak PAD.
Apalagi, kata dia, baru-baru ini DPRD dan Pemprov Kepri telah sepakat mengesahkan Peraturan Daerah (Perda) Pajak dan Retribusi Daerah.
Menurutnya di dalam perda tersebut, Pemprov Kepri akan menarik dua jenis objek pajak baru, yakni pajak alat berat dan Opsen Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (MBLB).
"Dengan adanya dua objek pajak baru ini, otomatis bisa menambah PAD guna mendanai program kegiatan dan pembangunan daerah," ujar Khazalik.
Gubernur Kepri Ansar Ahmad, mengatakan untuk saat ini pendapatan daerah itu masih didominasi oleh penerimaan dari pendapatan transfer pusat, yakni sebesar 60 persen.
Sementara, kata dia menyebutkan, pendapatan dari PAD sebesar 40 persen, sehingga PAD perlu digali dan dikembangkan dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah.
"Pendapatan daerah pada APBD Perubahan Kepri 2023 sekitar Rp4,1 triliun. Untuk PAD sekitar Rp1,1 triliun, sisanya ialah dana transfer pusat dan lain-lain pendapatan yang sah," ujar Ansar lagi.
Ia menyebut upaya yang perlu dilakukan dalam meningkatkan PAD adalah peningkatan pendapatan objek dan subjek pajak serta retribusi daerah, menggiatkan pemungutan, menyempurnakan sistem dan prosedur serta memperbaharui peraturan-peraturan daerah di bidang pendapatan daerah yang tidak sesuai dengan perkembangan keadaan sekarang.
"Oleh karena itu, pemprov bersama DPRD menetapkan perda yang baru sebagai dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah untuk mengoptimalisasi pendapatan, terutama PAD," demikian Gubernur Ansar.(Ant)
0 Komentar
Raih Antusiasme Pasar, Sukuk ESG BSI Rp9 Triliun atau Oversubscribe Tiga Kali Lipat
Rupiah Tangguh Rp15.635 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.235 pada Rabu (7/2/2024)
Ekonomi Kaltim Tumbuh 6,22 Persen didorong Listrik dan Gas
BPS: Ekonomi NTB Tumbuh 1,8 Persen
Investasi Pekanbaru Tahun 2023 Capai Rp6,4 Triliun
Dinkes Kota Bengkulu Siapkan Rp17 Miliar untuk Pembangunan RSTG
Rupiah awal Pekan Melemah Jelang Rilis PDB Indonesia 2023
BI: Deflasi di Lampung Akibat Penurunan Harga Sejumlah Komoditas
Rupiah Perkasa Rp15.764 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.201 pada Kamis (1/2/2024)
Rupiah Meningkat Dipengaruhi Data ADP AS Lebih Lemah dari Ekspektasi
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 di Atas 5 Persen
Leave a comment