Pengamat: Penguatan Rupiah dipengaruhi Kenaikan Inflasi AS Melandai

14 Juli 2023 06:48
Penulis: Alber Laia, bisnis
Teller memegang mata uang dolar AS dan rupiah di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta, Rabu (6/7/2022). ANTARA FOTO/Subur Atmamihardja/wsj/foc.

Sahabat.com - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan ini karena data inflasi produsen AS yang dirilis semalam mengonfirmasikan bahwa kenaikan inflasi di AS sudah melandai.

“Data semalam menambah keyakinan pasar bahwa bank sentral AS akan menghentikan kebijakan suku bunga tinggi dalam waktu dekat,” ujar dia  di Jakarta, Jumat.

Saat ini, indeks dolar AS disebut menurun bergerak di kisaran 99 atau jatuh di bawah angka 100.

Selain itu, penguatan rupiah dipengaruhi tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS yang seringkali merefleksikan kebijakan suku bunga acuan AS juga dalam tren turun.

“Potensi penguatan rupiah hari ini ke arah Rp14.900 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp14.980 per dolar AS,” ucapnya.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi, menguat 0,04 persen atau 6 poin menjadi Rp14.959 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.965 per dolar AS.

Dolar AS mencatat kerugian besar pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), dengan indeks dolar jatuh di bawah angka 100 untuk pertama kalinya sejak April 2022, karena Indeks Harga Produsen (IHP) AS untuk Juni menunjukkan inflasi AS mereda.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,75 persen menjadi 99,7696 pada akhir perdagangan, mencatat level terendah baru setelah Rabu (12/7/2023). Greenback menuju penurunan mingguan terbesarnya di tahun 2023.

IHP untuk permintaan akhir, ukuran harga grosir, naik 0,1 persen pada Juni, menyusul penurunan 0,4 persen pada Mei, Biro Statistik Tenaga Kerja melaporkan Kamis (13/7/2023), lebih rendah dari kenaikan 0,2 persen yang diperkirakan para ekonom.

Data IHP mengikuti laporan indeks harga konsumen (IHK) pada Rabu (12/7/2023), yang menunjukkan inflasi inti AS melambat secara signifikan.

"Dengan inflasi melambat lebih cepat dari yang diperkirakan, pengetatan Fed menghasilkan efek yang diinginkan, dan investor telah mulai memperkirakan akhir siklus kenaikan saat ini," kata analis ActivTrades, Ricardo Evangelista.(Ant)

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment