Sahabat.com - Penggunaan dolar Amerika Serikat dalam perdagangan antara negara-negara anggota BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) sudah menurun, kata Presiden Rusia Vladimir Putin.
Ketika berbicara melalui saluran video kepada delegasi KTT BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan, pada Selasa, Putin mengatakan tujuan dan proses dedolarisasi oleh BRICS sudah membuahkan hasil.
"Tahun lalu, pemakaiannya hanya 28,7 persen," kata Putin.
"Kebetulan, selama KTT ini kita harus membahas tuntas seluruh aspek pengalihan ke mata uang nasional masing-masing pada semua bidang kerja sama ekonomi antara kelima negara ini," kata dia.
Presiden Rusia itu mengatakan Bank Pembangunan Baru BRICS, yang merupakan alternatif untuk lembag-lembaga keuangan bentukan Barat, memiliki peran penting dalam upaya tersebut.
Putin, yang masuk daftar perintah penangkapan internasional atas dugaan kejahatan perang di Ukraina, tidak bisa menghadiri langsung KTT di Johannesburg itu.
Namun, Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva, Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa hadir dalam pertemuan puncak itu.
BRICS adalah kelompok negara-negara berperekonomian berkembang yang menguasai seperempat ekonomi global.
BRICS juga berada pada urutan kelima dalam perdagangan global, serta memiliki 40 persen dari total penduduk dunia.
"Saya ingin menggarisbawahi bahwa bagian negara-negara BRICS, yang total berpenduduk tiga miliar, kini menguasai hampir 26 persen GDP (produk domestik bruto) global," kata Putin.
Putin mengatakan negara-negara BRICS melewati G7 (Kelompok Tujuh dan beranggotakan Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jerman, Prancis, Italia, dan Jepang) dalam paritas daya beli, yang pada 2023 diperkirakan mencapai 31,5 persen melawan 30 persen.
Lebih jauh, presiden Rusia itu mengatakan bahwa dalam satu dasawarsa terakhir ini investasi timbal balik antara negara-negara BRICS naik enam kali lipat.
Kerja sama antara negara-negara BRICS didasarkan atas prinsip kesetaraan, kemitraan, dan menghormati kepentingan masing-masing, kata Putin.
Putin mengutuk berbagai sanksi yang dijatuhkan kepada negaranya.
Dia mengatakan kondisi ekonomi global terkena dampak buruk sanksi yang tidak sah dan pembekuan tidak sah aset negara-negara asing.(Ant)
0 Komentar
Raih Antusiasme Pasar, Sukuk ESG BSI Rp9 Triliun atau Oversubscribe Tiga Kali Lipat
Rupiah Tangguh Rp15.635 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.235 pada Rabu (7/2/2024)
Ekonomi Kaltim Tumbuh 6,22 Persen didorong Listrik dan Gas
BPS: Ekonomi NTB Tumbuh 1,8 Persen
Investasi Pekanbaru Tahun 2023 Capai Rp6,4 Triliun
Dinkes Kota Bengkulu Siapkan Rp17 Miliar untuk Pembangunan RSTG
Rupiah awal Pekan Melemah Jelang Rilis PDB Indonesia 2023
BI: Deflasi di Lampung Akibat Penurunan Harga Sejumlah Komoditas
Rupiah Perkasa Rp15.764 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.201 pada Kamis (1/2/2024)
Rupiah Meningkat Dipengaruhi Data ADP AS Lebih Lemah dari Ekspektasi
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 di Atas 5 Persen
Leave a comment