Sahabat.com - Saham Asia melemah pada awal perdagangan Senin pagi, di tengah kesepakatan penyelamatan Credit Suisse akhir pekan lalu dan upaya bersama bank-bank sentral untuk menopang kepercayaan pasar, namun perdagangan tegang dan bergejolak karena ketakutan penularan mengintai saham-saham keuangan.
Ekuitas bank di Tokyo yang terpukul melambung 1,0 persen, sementara Nikkei yang lebih luas turun 0,2 peren. Saham keuangan di Australia turun 0,8 persen dan ASX indeks S&P/ASX 200 melemah 0,5 persen dan indeks KOSPO Korea Selatan terkerek 0,2 persen seteah dibuka melemah.
S&P 500 berjangka naik 0,7 persen dalam perdagangan yang bergelombang dan obligasi jatuh, karena investor memperhitungkan ketakutan yang tidak segera atas ketidakstabilan keuangan mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga akhir tahun ini.
Dalam waktu seminggu lebih sedikit, dampak dari keruntuhan Silicon Valley Bank - yang telah mengguncang kepercayaan pada sistem perbankan - telah membuat pemberi pinjaman yang sistemik secara global bertekuk lutut.
Selama akhir pekan, UBS mengatakan akan membeli Credit Suisse seharga 3 miliar franc (3,2 miliar dolar AS) dan menanggung kerugian hingga 5,4 miliar dolar AS, dalam merger dipaksakan yang direkayasa oleh otoritas Swiss.
Bank sentral termasuk Fed, Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Jepang berjanji akan memperdalam dukungan untuk likuiditas, dengan meningkatkan frekuensi operasi swap dolar selama tujuh hari dari mingguan ke harian.
"Yang terbaik yang bisa kami katakan adalah pasti ada banyak kekhawatiran tentang risiko penularan Credit Suisse," kata Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang senior di National Australia Bank di Sydney.
"Berita semalam dari Swiss telah membantu," katanya, meskipun menambahkan bahwa langkah bank sentral juga menarik perhatian pada seberapa dalam masalah yang mungkin terjadi.
"Ini adalah ironi dari kabar baik yang mencerminkan betapa buruknya keadaan. Sangat bagus kami melihat upaya bersama ini dari bank-bank sentral, dan ini positif, tetapi juga menyoroti betapa meresahkannya keadaan dan betapa khawatirnya bank sentral juga," katanya lagi.
Hari Asia menawarkan awal yang menggembirakan, dengan swap lintas mata uang yen Jepang, ukuran permintaan investor non-AS untuk dolar, menyusut menjadi minus 35 basis poin atau setengah dari level mereka minggu lalu, sebagai tanda jeda lain dalam kondisi pendanaan pasar.
Namun, setidaknya dua bank besar di Eropa sedang memeriksa skenario penularan di sektor perbankan di kawasan itu dan mencari Fed dan ECB untuk sinyal dukungan yang lebih kuat, kata dua eksekutif senior yang dekat dengan diskusi tersebut kepada Reuters.
Kekhawatiran tetap tinggi juga, tentang bank regional di Amerika Serikat. Pada hari Minggu, peringkat kredit First Republic didorong lebih dalam ke status sampah oleh S&P Global dan di tempat lain upaya untuk meningkatkan modal menemui kesulitan.
Imbal hasil obligasi Pemerintah AS 10 tahun naik 9 basis poin menjadi 3,49 persen di Asia dan imbal hasil 2 tahun naik 13 bps menjadi 3,973 persen.
Perkiraan suku bunga berjangka menyiratkan sekitar 60 persen peluang bahwa Fed menaikkan suku bunga pada pertemuannya di akhir pekan, tetapi juga telah memperkirakan beberapa penurunan suku bunga pada akhir tahun.
Dalam perdagangan valuta asing, dolar AS sedikit lebih lemah terhadap sebagian besar mata uang utama. Euro naik 0,1 persen menjadi 1,0682 dolar AS. Yen Jepang sedikit menurun menjadi 132,39 per dolar AS.(Ant)
0 Komentar
Raih Antusiasme Pasar, Sukuk ESG BSI Rp9 Triliun atau Oversubscribe Tiga Kali Lipat
Rupiah Tangguh Rp15.635 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.235 pada Rabu (7/2/2024)
Ekonomi Kaltim Tumbuh 6,22 Persen didorong Listrik dan Gas
BPS: Ekonomi NTB Tumbuh 1,8 Persen
Investasi Pekanbaru Tahun 2023 Capai Rp6,4 Triliun
Dinkes Kota Bengkulu Siapkan Rp17 Miliar untuk Pembangunan RSTG
Rupiah awal Pekan Melemah Jelang Rilis PDB Indonesia 2023
BI: Deflasi di Lampung Akibat Penurunan Harga Sejumlah Komoditas
Rupiah Perkasa Rp15.764 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.201 pada Kamis (1/2/2024)
Rupiah Meningkat Dipengaruhi Data ADP AS Lebih Lemah dari Ekspektasi
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 di Atas 5 Persen
Leave a comment