Sahabat.com - Indeks-indeks utama Wall Street merosot pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), terseret penurunan saham-saham megacap, ketika para investor menunggu keputusan kebijakan penting dari Federal Reserve dan pertemuan bank sentral utama lainnya serta sejumlah laporan keuangan perusahaan.
Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 260,99 poin atau 0,77 persen, menjadi menetap di 33.717,09 poin. Indeks S&P 500 merosot 52,79 poin atau 1,30 persen, menjadi ditutup pada 4.017,77 poin. Indeks Komposit Nasdaq anjlok 227,90 poin atau 1,96 persen, menjadi berakhir di 11.393,81 poin.
Sepuluh dari 11 sektor S&P 500 utama berakhir di zona merah, dengan sektor energi dan teknologi masing-masing terpangkas 2,29 persen dan 1,94 persen, memimpin kerugian. Sementara itu, sektor bahan pokok konsumen menambah keuntungan sebesar 0,07 persen.
Untuk pekan yang berakhir Jumat (27/1/2023), indeks Dow naik 1,8 persen, S&P 500 naik 2,5 persen, dan Nasdaq yang padat teknologi melonjak 4,3 persen.
The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin ketika mengakhiri pertemuan kebijakan dua hari pada Rabu (1/2/2023).
Sementara pasar melihat ini sebagai hal yang pasti, pertanyaan sebenarnya adalah seberapa tinggi Fed akan terus mendorong suku bunga tahun ini, Kevin Matras, wakil presiden eksekutif di Zacks Investment Research, mengatakan dalam sebuah catatan pada Senin (30/1/2023).
Bank sentral AS menaikkan suku bunga sebanyak tujuh kali tahun lalu, mendorong kisaran target suku bunga dana federal menjadi 4,25 persen hingga 4,5 persen, dalam upaya meredam inflasi.
Dot plot pada Desember mengisyaratkan bahwa pembuat kebijakan memperkirakan suku bunga acuan naik ke tingkat rata-rata 5,1 persen pada tahun 2023. Sejak saat itu, beberapa pejabat Fed mengisyaratkan agar Fed mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih tinggi lagi.
Saham Apple Inc, Amazon.com Inc dan induk Google Alphabet Inc, yang akan mengumumkan hasil keuangannya akhir pekan ini, semuanya merosot.
Lebih dari 100 perusahaan S&P 500 diperkirakan akan melaporkan hasil minggu ini, yang juga mencakup pertemuan bank sentral di Amerika Serikat dan Eropa serta data ketenagakerjaan AS yang diawasi ketat.
"Pasar mengalami pergerakan besar dan perdagangan sedikit lebih hati-hati menuju minggu ini yang kemungkinan akan menjadi titik belok untuk pasar secara keseluruhan," kata Keith Lerner, co-chief investment officer di Truist Advisory Services seperti dikutip oleh Reuters.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik, memberikan titik tekanan lain untuk saham teknologi yang sebaliknya telah pulih untuk memulai tahun ini setelah tahun 2022 yang sulit.
Meskipun mengalami penurunan pada Senin (30/1/2023), S&P 500 tetap berada di jalur untuk membukukan kenaikan Januari terbesar sejak 2019.
Konferensi pers Ketua Fed Jerome Powell akan dicermati apakah siklus kenaikan suku bunga akan segera berakhir dan untuk tanda-tanda berapa lama suku bunga bisa tetap tinggi.
"Ini mungkin salah satu pertemuan terpenting sejak semuanya dimulai," kata Sameer Samana, ahli strategi pasar global senior di Wells Fargo Investment Institute. "Kecuali jika Fed memperpanjang garis waktu itu secara berarti dari apa yang diharapkan pasar, yaitu bahwa Fed akan selesai dalam satu atau dua pertemuan berikutnya, ini mungkin berakhir dengan jeda."
Sementara itu, Bank Sentral Eropa diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Kamis (2/2/2023)
Investor juga fokus pada laporan keuangan, di tengah kekhawatiran ekonomi mungkin menghadapi resesi. Dengan lebih dari 140 perusahaan telah melaporkan sejauh ini, laba S&P 500 diperkirakan turun 3,0 persen pada kuartal keempat dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya, menurut Refinitiv IBES.
Sekitar 10,6 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, dibandingkan dengan rata-rata harian 11,2 miliar selama 20 sesi terakhir.(Ant)
0 Komentar
Raih Antusiasme Pasar, Sukuk ESG BSI Rp9 Triliun atau Oversubscribe Tiga Kali Lipat
Rupiah Tangguh Rp15.635 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.235 pada Rabu (7/2/2024)
Ekonomi Kaltim Tumbuh 6,22 Persen didorong Listrik dan Gas
BPS: Ekonomi NTB Tumbuh 1,8 Persen
Investasi Pekanbaru Tahun 2023 Capai Rp6,4 Triliun
Dinkes Kota Bengkulu Siapkan Rp17 Miliar untuk Pembangunan RSTG
Rupiah awal Pekan Melemah Jelang Rilis PDB Indonesia 2023
BI: Deflasi di Lampung Akibat Penurunan Harga Sejumlah Komoditas
Rupiah Perkasa Rp15.764 per Dolar AS, IHSG Loyo ke Level 7.201 pada Kamis (1/2/2024)
Rupiah Meningkat Dipengaruhi Data ADP AS Lebih Lemah dari Ekspektasi
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 di Atas 5 Persen
Leave a comment